sebuah amanah di atas kepala

siang ini, saat saya sedang berjalan bersama dengan beberapa teman saya sambil bercanda, tiba-tiba keluarlah kata-kata dari salah satu teman saya itu "lo kapan zu pake jilbab kaya dia?" katanya sambil setengah tertawa dengan menunjuk ke arah salah satu teman saya yang memakai jilbab panjang serta memakai rok. glek! wow! pertanyaan yang disodorkan sambil bercanda dan mungkin tidak ada maksud serius dalam berkata seperti itu. tapi sejujurnya, sangat mengena dalam hati dan pikiran saya.

ya, hari ini adalah hari puasa pertama di bulan Ramadhan. sangat bersyukur masih dipertemukan kembali dengan bulan penuh ampunan ini. selalu berniat menjadi manusia yang lebih baik. tapi...bagaimana dengan Ramadhan tahun ini? apakah saya benar-benar bisa menjadi seorang yang berubah menjadi lebih baik? apakah saya bisa berubah menjadi seorang muslimah seperti yang seharusnya pada bulan ini? muslimah yang memakai jilbab panjang sampai menutupi dada, memakai pakaian longgar...tidak ada lagi pernak-pernik yang menggantung di leher, tidak ada legging dan tights yang saya pakai serta tidak ada lagi pakaian ketat lainnya yang ada di lemari saya. sejujurnya, benar- benar masih terasa berat untuk menjadi seperti itu. sebagian besar diri saya mengatakan "udah puas-puasin diri lo apa adanya dulu aja zu, mumpung masih muda. daripada nanti plin-plan lagi". namun, tidak dipungkiri sebagian kecil diri saya mengatakan "kapan mau berubah zu? enggak malu apa udah 7 tahun pake jilbab enggak ada perubahan lebih baik?".

selama ini saya memang menghindari diri saya untuk mendengar apa kata orang lain tentang cara saya berpakaian dengan jilbab yang menjadi amanah saya masih bertengger di atas kepala. benar-benar bukan kombinasi yang baik antara fashion dan jilbab. entahlah. dari dulu, entah sejak kapan ketika saya mulai menyadari bahwa fashion benar-benar menjadi bagian dari diri saya, saat itu juga saya mulai takut. saya takut dengan cara berpakaian saya seperti ini malah menimbulkan pandangan buruk terhadap orang berjilbab. saya takut jadi menumbuhkan pikiran "daripada gw pake jilbab tapi kaya gitu, mending nunggu sampe gw bener-bener siap buat pake pakaian yang bener". bukan mau saya untuk mencintai dunia mode seperti itu. bukan mau saya untuk senang memadupadankan pakaian, bukan mau saya mengenal Marc Jacobs. seandainya saya bisa memilih dari awal, saya mungkin akan meminta Allah supaya memberikan saya bakat dan kesukaan lainnya, selain hal-hal yang bertentangan denga perintahNya.

dan saat teman saya berkata seperti itu...jujur..saya malu. karena salah satu hal yang dapat membuat saya menjadi sangat kecewa dengan diri saya adalah ketika ada orang lain yang menyadarkan saya bahwa saya belum cukup baik dalam memegang amanah di atas kepala saya ini.

0 Comments